Langsung ke konten utama

Cinta dan Realita

Menjalin cinta dengan perasaan tulus dan ikhlas memang tak semudah di bibir. Faktanya cinta itu seringkali menuntut seseorang untuk memperoleh suatu tujuan yang diinginkan dengan mengacu kepada hal yang dianggap mapan. Lantas apa sebenarnya makna dan esensi cinta sebenarnya dalam taraf menjalin hubungan yang lebih serius?
Seringkali suatu hubungan tidak direstui oleh orang tua dan keluarga dengan berbagai alasan. Menanggapi hal tersebut terkadang ditanggapi secara skepstis dan negatif, memang hubungan itu terjalin antara 2 insan dan begitu pula mereka yang merasakan. Di sisi lain budaya kita mengajarkan bahwa pria menjadi kepala rumah tangga dan berkewajiban mencari nafkah untuk keluarganya. Mengacu pada asumsi tersebut tentu saja akan timbul logika alami dimana perempuan akan cenderung memilih pria yang mapan dalam urusan ekonomi.
Yang jadi pertanyaan adalah salahkan jika seorang perempuan memutuskan hubungan dengan seorang pria yang dianggap tidak mapan secara income atau ekonomi? Begitu juga sebaliknya pantaskah seorang pria mencari hubungan kepada seorang perempuan yang berada secara ekonomi? Guna menjawab pertanyaan tersebut memang harus mempertimbangkan beberapa aspek yang cukup kompleks dan tidak dapat ditinjau hanya dari satu sisi saja.
Menghadapi hal semcam itu tentu saja jika kita sedikit mau melihat ke dalam maka sebuah hubungan terjalin tidak akan murni 100% dimana akan dibatasi dengan beberapa faktor seperti: etnis, agama dan tingkat ekonomi. Inilah fenomena yang secara nyata berada di dalam masyarakat. Menilik beberapa waktu silam dimana seorang putra raja tetap akan menikah dan memperistri kaum bangsawan atau minimal mempunyai tingkat sosial yang hampir sama. Di era modern semacam ini tentu saja masih berlaku namun sifatnya menjadi lebih luas dan terlihat bias. Apakah mungkin seorang pengemis menikah dengan seorang pejabat negara? Jawabannya tentu saja mungkin namun kemungkinan itu seberapa besar yang kita tidak tahu persis.
Realita di sekeliling kita adalah bertahan hidup dan berinteraksi melalui lingkungan sosial di sekitar kita. Cinta dalam lingkup sosial dianggap sebagai interaksi yang terjadi secara alami atas kodrat dan pemenuhan kebutuhan atas manusia. Dalam tingkat yang lebih khusus, menjalin cinta untuk hidup berumah tangga sangat sensitif dengan apa yang ada di sekitarnya. Ini berawal dari seseorang yang harus bisa memenuhi kebutuhan pribadi yang kemudian dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga yang berikutnya mampu memenuhi kebutuhan lainnya, jadi jika cinta dilatarbelakangi oleh pemenuhan kebutuhan maka jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi konflik.
Lantas dimakah kemurnian dalam hubungan percintaan? Menghadapi hal ini memang merupakan suatu pilihan dimana seseorang bebas memilih dan menentukan jalannya masing-masing namun tetap bertanggung jawab. Pastinya dasar cinta memerlukan kejujuran dan keikhlasan dalam setiap langkah yang ditapak sehingga menjalani hubungan percintaan akan terasa lebih mudah dan tanpa beban. Seseorang dihadapkan oleh banyak aspek dalam kehidupan yang membutuhkan perasaan dan logika. Memang porsi ke duanya harus dipertimbangkan secara berimbang untuk menuntun langkah hidup kita menjadi lebih baik tanpa mengingkari dan menyakiti hati orang lain.

Komentar

Posting Komentar

BAGAIMANA TANGGAPAN ANDA?

Postingan populer dari blog ini

High Context Dan Low Context

Secara umum, masyarakat di Indonesia sangat erat hubungannya dengan high context yang sebenarnya dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya masyarakat Jawa yang dipengaruhi oleh budaya sopan santun dalam berbicara dan berusaha menjaga sikap dalam bergaul menjadi aspek penting dalam terciptanya high context.

Istilah Njawani; Filosofi Pedoman Perilaku

Filosofi Njawani dan Falsafah Jawa  - Diartikan sebagai orang Jawa yang hidup dengan nilai-nilai dan ajaran-ajaran leluhurnya. Banyak sekali orang yang berasal dari suku Jawa masih memakai tuntunan tersebut untuk bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain yang sesama suku ataupun berbeda budaya. Pedoman hidup untuk berperilaku, berpikir serta bagaimana cara untuk mencapai tujuan masyarakat Jawa pada umumnya diarahkan untuk tidak melukai sesama bahkan mengajak mereka untuk selaras.

Komunikasi Konvergen ala WILBUR SCHRAMM

Dia membuat serangkaian model komunikasi dimulai dari model komunikasi manusia yang sederhana sampai model yang rumit yang memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi hingga ke model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu.