Langsung ke konten utama

Mencegah Radikalisme Sejak Dini

mapsofindia

Definisi radikalisme menurut KBBI adalah "paham atau aliran yang radikal dalam politik, bisa juga paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis; atau sikap ekstrim dalam aliran politik". Berangkat dari sisi terdekat dimana gejala-gejala munculnya radikalisme ini dapat diawali dari hal yang sepele/kecil hingga tataran yang lebih besar/makro.

Pengalaman saya hidup di salah satu kota kecil di Jawa Tengah, kerap menemui anak usia 11-17 tahun yang berjalan sambil menenteng sebuah telepon genggam. Ternyata mereka aktif mencari titik-titik hotspot internet gratis yang jelas kegiatan seperti ini sudah sama dengan akses di warung internet. Persamaan lainnya adalah mereka sama-sama tak terkawal orang tua, bahkan teman yang jejer di sampingnya pun sering acuh alias sudah asik sendiri. Bukan tidak mungkin miras dan rokok menjadi kerabat dekat mereka.

Masih terkait, saya meyakini bahwa lingkungan sosial/keluarga, teknologi, persuasi dan cara berpikir adalah beberapa hal yang mampu memicu pengambilan sikap masing-masing individu.Lantas apa hubungannya dengan anak-anak tadi? Apa juga yang menghubungkan merek dengan radikalisme? Konon paham radikal secara mudah muncul ketika sebuah negara berada dalam kondisi yang kurang stabil. Maka jelas ketika segelintir orang mempunyai gagasan/ide secara radikal maka berpotensi melakukan tindakan yang radikal. Bisa jadi diawali karena ketidakpuasan atas suatu sistem sosial ataupun luapan ekspresi politik yang mengandung ajakan-ajakan perubahan dengan cara-cara anarkis dan ekstrim. Contoh nyatanya adalah teror bom, pengrusakan fasilitas umum serta apapun yang menyimpang dari hukum dan konstitusi.

Dalam skala nasional, isu-isu radikalisme dapat dijumpai dalam pemberitaan media (televisi, radio, media cetak) bahkan sosial media (Facebook, Twitter, Whatsapp, dan sejenisnya). Biasanya isu tersebut akan berkaitan dengan agama, ormas, fanatisme sampai terorisme. Beberapa media tersebut sekarang, menjadi lebih dekat dari sebelumnya, terlebih lagi sosial media menjadi langganan akses sejumlah kalangan muda hingga yang tua. Karena kemudahan aksesnya juga lah yang menjadi salah satu petimbangan terhadap munculnya bibit-bibit kebencian dan radikalisme. Kita sekarang semua mulai tahu bahwa Facebook sudah tidak lagi selugu dulu ataupun whatsapp menjelma menjadi media pengantar pesan secara massal untuk merengkuh dukungan guna tujuan politik tertentu.Ada beberapa cara mengantisipasi paham radikalisme agar tidak meracuni diri kita ataupun orang terdekat kita:


Edukasi
Pendidikan sekolah dan keluarga adalah kunci pembentukan moral dan spiritual. Pilihlah sekolahan yang sekiranya mampu memberikan nilai-nilai positif, biasanya sekolah yang baik akan memberikan cetakan alumni/lulusan yang baik juga.  Dalam hal ini pendidikan yang baik mengajarkan bagaimana membentuk masa kini dan masa depan yang baik juga dengan cara-cara yang kreatif, empiris, logis dan sesuai norma.

Orang Tua Aktif Memantau Anaknya
Mengontrol anak tidak sama dengan melarang/mengekang. Jaman sekarang para orang tua harus memahami konsep sosial media secara positif guna mengajarkan kepada anak-anaknya. Akan lebih baik jika orang tua juga memahami bakat, kemampuan di luar akademis dan kegiatan anaknya.Jangan sampai mereka memanfaatkan sosial media dan internet dengan cara yang salah, jangan sampai anak-anak anda kreatif dalam hal yang negatif, misalnya saja: merakit bom!!

Kebencian Terhadap Diri Sendiri dan Orang Lain
Me-mediasi dan memberikan solusi kepada anak secara ketika sedang marah, tertekan ataupun bingung. Konon bibit radikalisme dapat muncul ketika sebuah perasaan/keinginan tidak kunjung mendapat solusi. Banyak contoh kasus bunuh diri akibat ditinggal pacar ataupun kasus kenakalan remaja berdampak kepada rusaknya fasilitas umum hanya karena rebutan pacar.

Aktif Secara Positif 
Daripada gaul dengan "geng motor" mendingan les piano, les bahasa inggris ataupun les renang. Ada yang mengatakan cupu dan gak gaul? Diemin aja, toh dengan melakukan kegiatan positif anak anda sudah secara nyata membangun masa depan mereka. Kegiatan tidak harus dengan les, bisa juga kegiatan ringan tanpa perlu membayar guru pengajar seperti: menulis blog seperti saya ini :-D

Konsekuensi, Belajar Dari Kasus
Untuk membuat anak berpikir dan bersikap baik diperlukan contoh nyata dari yang lebih tua. Media yang multi platform sekarang ini banyak menyediakan konten-konten kreatif dan postif. Contoh ketika terjadi bom di Sarinah, Jakarta beberapa waktu lalu yang lalu lalang di sejumlah media televisi. Ada 2 pilihan aksi heroik yang ditawarkan, jadi pihak yang bad (teroris) atau pihak yang good (polisi). Beri anak anda keterangan bahwa jadi teroris akibatnya akan seperti bla bla bla dan jika jadi polisi akan dikenal masyarakat dengan bla bla bla. Lagipula film superheroes selalu menyediakan kemenangan untuk pihak yang baik.

Komentar

  1. radikalisme juga berpotensi diwariskan, ini bahaya bung!!

    BalasHapus

Posting Komentar

BAGAIMANA TANGGAPAN ANDA?

Postingan populer dari blog ini

High Context Dan Low Context

Secara umum, masyarakat di Indonesia sangat erat hubungannya dengan high context yang sebenarnya dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya masyarakat Jawa yang dipengaruhi oleh budaya sopan santun dalam berbicara dan berusaha menjaga sikap dalam bergaul menjadi aspek penting dalam terciptanya high context.

Istilah Njawani; Filosofi Pedoman Perilaku

Filosofi Njawani dan Falsafah Jawa  - Diartikan sebagai orang Jawa yang hidup dengan nilai-nilai dan ajaran-ajaran leluhurnya. Banyak sekali orang yang berasal dari suku Jawa masih memakai tuntunan tersebut untuk bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain yang sesama suku ataupun berbeda budaya. Pedoman hidup untuk berperilaku, berpikir serta bagaimana cara untuk mencapai tujuan masyarakat Jawa pada umumnya diarahkan untuk tidak melukai sesama bahkan mengajak mereka untuk selaras.

Komunikasi Konvergen ala WILBUR SCHRAMM

Dia membuat serangkaian model komunikasi dimulai dari model komunikasi manusia yang sederhana sampai model yang rumit yang memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi hingga ke model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu.